Welcome To My Blog

Rabu, 18 September 2013

Tafsir surah Al-Baqarah: 200-201

 Al-Baqarah: 200-201
فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللهَ كَذِكْرِكُمْ ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَالَهُ فِي اْلأَخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ. وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

1.      Makna Mufradat

Khalaq: bagian, keuntungan, atau nasib.
Manasik: sistem ibadah atau tatacara ibadah haji.
Dzikr: menyebut atau mengingat asma’ Allah.
Hasanah fid dunya: kesehatan, kekayaan, isteri yang shalihah, anak yang berbakti, dan ilmu pengetahuan.
Hasanah fil akhirah: surga (al-jannah), pengampunan, dan kenikmatan.

2.      Asbab al-Nuzul

a.       Orang-orang Arab Jahiliyah melakukan wuquf di musim pasar. Sebagian mereka membangga-banggakan nenek moyangnya yang pernah membagi-bagikan makanan dan meringankan beban orang lain dengan menanggung pembayaran diyat (denda). Pada saat wuquf mereka menyebut-nyebut apa yang pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka. Maka turunlah ayat tersebut sebagai petunjuk apa yang harus dilakukan pada saat wuquf berlangsung. (HR. Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas).
b.      Orang-orang Arab pada masa itu apabila sudah selesai melakukan manasik haji, mereka berdiri di sisi jumrah sambil menyebut-nyebut jasa nenek moyang mereka pada zaman Jahiliyah; maka turunlah ayat tersebut (al-Baqarah: 200), sebagai pelajaran apa yang harus dilakukan pada saat pelemparan jumrah. (HR. Ibnu Jarir dari Mujahid).
c.       Riwayat lain menerangkan bahwa sebagian bangsa Arab ketika tiba di tempat wuquf, mereka berdo’a: “ Ya Allah, semoga Engkau menjadikan tahun ini banyak hujannya, tahun yang makmur yang membawa kemajuan dan kebaikan.” Mereka tidak menyinggung urusan akhirat sama sekali, kemudian Allah menurunkan ayat 200 surat al-Baqarah sebagai tatacara berdoa. Setelah itu, kaum Muslimin berdoa sesuai dengan petunjuk al-Qur’an, yaitu memadukan kepentingan duniawi dan ukhrawi, sesuai yang tercantum dalam al-Baqarah: 201. (Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas).
3.      Tafsir al-Ayat

فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللهَ كَذِكْرِكُمْ ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا

Apabila kalian sudah selesai mengerjakan ibadah haji, kemudian berangkat ke tempat lain, maka perbanyaklah zikir kepada Allah dengan penuh kesungguhan sebagaimana kalian mengingat nenek moyang kalian dan menyebut-nyebut jasa-jasa mereka.

فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَالَهُ فِي اْلأَخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ

Ada di antara jamaah haji pada masa lampau yang terlalu mementingkan dunia, sehingga dalam doanya selalu memohon kepada Allah agar mereka diberikan kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia saja; melupakan bagian di Akhirat. Tetapi, Allah menegaskan bahwa orang yang memohon keuntungan duniawi akan diberikan juga tetapi di Akhirat, ia tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebab itulah, Islam selalu memadukan kepentingan duniawi dan ukhrawi sekaligus.

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً 

Namun, sikap orang beriman bahwa ia meminta kepada agar diberikan kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di Akhirat. Orang yang memohon keuntungan duniawi dan ukhrawi akan diberikan oleh Allah, dengan keberkatan hidup dan dimudah rizki serta diberikan keselamatan lahir dan batin. Di Akhirat akan diberikan pengampunan, pahala, dan surga. Itulah kebahagiaan sejati yang dijanjikan Allah kepada setiap orang yang mau berbakti.

وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Sebagai wujud dari kebahagiaan sejati itu, orang beriman tidak lupa juga berdoa agar dijauhkan dari siksaan api neraka. Karena bagaimana pun juga seseorang itu tak bahagia baik di dunia maupun di Akhirat jika hidupnya bagaikan nuansa neraka. Artinya, hidup yang penuh kegelisahan dan bergelimang dalam dosa. Maka, setiap saat kita memohon kepada Allah agar dijauhkan diri kita dari siksaan api neraka.